Saat ini berpikir sedang menjalani hidup dalam tataran yang paling rendah. Belakangan ini selalu kurang ajar terhadap-Nya. Beberapa bulan terakhir ini terus mencobai-Nya. Ini berkaitan dengan perihal rencana masa depan. Pilihan hidup masih terpampang jelas di benak ini. Masih ada dua jalan.
Beberapa hari terakhir, mencoba untuk lebih sensitif terhadap hal - hal sekitar. Tapi melalui proses seleksi, hanya memusatkan kepada satu hal. Sejak itu berpikir kalau dunia menjadi sangat sempit. Kaitan emosi yang terkandung perjalanan hidup beberapa bulan terakhir sangat besar. Sehingga perbudakan yang dimandori oleh keemosionalan membuat frekuensi prediksi akan hal tertentu menjadi sering.
Hal yang remeh temeh ini mengganggu. Tapi entah kenapa Tuannya kehidupan, sepertinya, sangat ingin mengondisikan diri ini untuk lebih perhatian terhadap sisi lain ini yang sudah lama dipinggirkan. Entah apakah Dia tidak pernah tahu lelahnya situasi seperti ini. Untuk kali ini, diri ini menggunakan kebebasannya untuk mengikuti instruksi-Nya. Semoga saja Dia tidak naik pitam dengan kekurang-ajaran yang terjadi belakangan ini. (mungkin karena Dia juga sudah tahu akibat dari "pemaksaan"-Nya, sehingga sampai detik ini semua baik-baik saja)
Manusia itu dapat disebut sebagai manusia bila dapat menjaga sisi emosinya. Sisi ini menentukan kemanusiaan seseorang. Memang sisi ini, merupakan hal yang sensitif dan bisa memperkuat sekaligus mengobrak-obrik semuanya. Tapi kalau melihat pertimbangan seperti ini, benak ini lebih nyaman bila dianggap acuh terhadap sisi ini.
Jujur saja, ini sangat remeh temeh. Ini perihal kebebasan dan juga ketaatan (penyerahan diri). Berusaha untuk lebih manusia dan taat dalam beberapa tahun ke depan. Mencoba menikmati asap polusi, bisingnya knalpot, dan juga teriknya matahari.Ini pilihan kebebasan yang diambil untuk masa depan yang, mungkin, sudah termaktub.
Beberapa hari terakhir, mencoba untuk lebih sensitif terhadap hal - hal sekitar. Tapi melalui proses seleksi, hanya memusatkan kepada satu hal. Sejak itu berpikir kalau dunia menjadi sangat sempit. Kaitan emosi yang terkandung perjalanan hidup beberapa bulan terakhir sangat besar. Sehingga perbudakan yang dimandori oleh keemosionalan membuat frekuensi prediksi akan hal tertentu menjadi sering.
Hal yang remeh temeh ini mengganggu. Tapi entah kenapa Tuannya kehidupan, sepertinya, sangat ingin mengondisikan diri ini untuk lebih perhatian terhadap sisi lain ini yang sudah lama dipinggirkan. Entah apakah Dia tidak pernah tahu lelahnya situasi seperti ini. Untuk kali ini, diri ini menggunakan kebebasannya untuk mengikuti instruksi-Nya. Semoga saja Dia tidak naik pitam dengan kekurang-ajaran yang terjadi belakangan ini. (mungkin karena Dia juga sudah tahu akibat dari "pemaksaan"-Nya, sehingga sampai detik ini semua baik-baik saja)
Manusia itu dapat disebut sebagai manusia bila dapat menjaga sisi emosinya. Sisi ini menentukan kemanusiaan seseorang. Memang sisi ini, merupakan hal yang sensitif dan bisa memperkuat sekaligus mengobrak-obrik semuanya. Tapi kalau melihat pertimbangan seperti ini, benak ini lebih nyaman bila dianggap acuh terhadap sisi ini.
Jujur saja, ini sangat remeh temeh. Ini perihal kebebasan dan juga ketaatan (penyerahan diri). Berusaha untuk lebih manusia dan taat dalam beberapa tahun ke depan. Mencoba menikmati asap polusi, bisingnya knalpot, dan juga teriknya matahari.Ini pilihan kebebasan yang diambil untuk masa depan yang, mungkin, sudah termaktub.
No comments:
Post a Comment