31.12.10

akhirnya... (surat terakhir)

ini tentang waktu. waktu itu, tahun ini.


di hari ini, semua telah lebur menjadi pengalaman. 
semua keputusan telah terjadi dan menjadi hasil. 
jangan ungkap lagi umpatanmu, jangan pendam lagi dendammu.
tak akan ada habis, tak akan pernah usai walau tahun ini selesai.


sedihmu tak akan jadi sendu melulu, bahagiamu tak jua jadi tawa selamanya.
cobaan yang lalu adalah ujian. berkahmu sekarang adalah buahmu.
tak perlu waswas diri, karena yang kita butuhkan cukup mawas diri.
ceritamu adalah pelajaranku. pengalamanku adalah kekayaanku dan pasti kubagi denganmu.


maaf kalau lalu aku marah. terima kasih bila ternyata kamu pengasih.
aku mainkan kata untukmu yang malam ini sendu dan gelisah.
aku mainkan nada untukmu yang malam ini terlalu jemu.
aku mainkan muka untukmu yang malam ini butuh senyum.


akhirnya... 
waktu kita ini hampir usai. tapi kita tidak akan pernah mati.

16.12.10

Untuk Jiwa yang Lelah Akan Amarah

Kepada siapa aku harus berterimakasih ketika ada kerinduan?
Kepada siapa aku juga harus berterimakasih ketika ada senyuman?
Kepada siapa pula aku harus berterimakasih ketika ada cinta yang merenggut api amarahku?

Kerinduan, senyuman dan cinta yang nyata nan sejuk ini menjadi bumbu mutakhir untuk menenggelamkan raga ke alam ketidaksadaran.

Terimakasih untukmu yang sudi mengulangnya... 





4.12.10

Mungkin Suara Bang Iwan Lebih Didengar...

Sedikit nostalgia untuk pengkritik dan yang dikritik. Saya sebut nostalgia, karena pasti mereka sudah lebih dulu fasih dengan lagu kritikan yang berjudul ”Bongkar” dari Iwan Fals untuk penguasa orde baru dulu. Mungkin aneh bila sekarang, lagu ini malah ditujukan kepada mereka yang duduk di singgasana empuk penuh dengan tumpukan kewenangan.

Demikian juga saya sebut nostalgia bagi para pengkritik, bukan saja karena ini lagu lama. Namun  juga karena ini dapat menggambarkan bahwa bagaimana pada saat itu segala cara diupayakan dan diluncurkan oleh segenap elemen agar transparansi, keadilan dan segala tetek bengeknya yang tidak digubris tersebut dapat diwujudkan.

Sentilan kecil, di mana kami coba untuk meminjam suara Bang Iwan yang mungkin lebih nyaring sehingga mampu dengan jernih didengar. Karena yang kami dan kita tahu, bahwa kami hanya mampu mengungkapkan keresahan dan harapan. Semoga keresahan dan harapan kami dijawab dengan cinta.... 

BONGKAR – Iwan Fals

Kalau cinta sudah dibuang
Jangan harap keadilan akan datang
Kesedihan hanya tontonan
Bagi mereka yang diperbudak jabatan

 O, o, ya o ... ya o ... ya bongkar
O, o, ya o ... ya o ... ya bongkar

Sabar, sabar, sabar dan tunggu
Itu jawaban yang harus kami terima
Ternyata kita harus turun ke jalan
Robohkan setan yang berdiri mengangkang

Penindasan serta kesewenang-wenangan
Banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan
Hoi hentikan jangan diteruskan
Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan

O, o, ya o ... ya o ... ya bongkar
O, o, ya o ... ya o ... ya bongkar

Di jalan kami sandarkan cita-cita
Sebab di rumah tiada lagi yang bisa dipercaya
Orang tua pandanglah kami sebagai manusia
Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta