22.12.11

Mimpi Realita

Mimpi atau nyata. Aku tak tahu.
Bertemu kamu itu seperti dongeng.

Kecepatannya sama.
Datang dan perginya.

Memori dan cerita.
Jadi bahan untuk pendewasaan.

Banyak yang kutinggal saat memilihmu.
Tak sedikit yang ketemui saat meninggalkanmu.

Semoga ini lamanya tak seperti dongeng putri tidur.
Semoga kembali cepat, karena kita tahu tak ada kata terlambat.

Tapi sabar, mungkin aku belum sadar.
Semoga sadar, karena aku tak sabar.
Cubit aku, biar tidak melulu di dasar.

Kamu dan Jakarta

Kamu.
Jakarta. Jakarta.
Kamu.

Kota itu.

Jakarta, kota sempit padatnya menghimpit.
Jakarta, kota macet ruangnya sedikit, sehingga sering bikin sembelit.
Jakarta, kota kapitalis yang sinis, yang sok humanis.

Kamu.

Tidak pernah buat macet, tapi mampet hidung karena mata sembab.
Tidak pernah buat marah, tapi menangis. Keduanya faktor emosional.
Tidak pernah buat bingung, tapi limbung.
Keduanya karena tujuan.

Semua punya Jakarta, termasuk kamu.
Tapi semua tidak punya kamu, termasuk aku.

Aku mungkin ingat sudut ibukota, karena sering singgah.
Mungkin kamu juga aku ingat, karena pernah singgah.

Jakarta, dicari dan dicaci, tak usah dimengerti.
Kamu, dicari dan dipahami bukan untuk dimiliki.

selamat hari ibu, mama.

Ingat mama, aku sering buatnya marah.
Ingat mama, aku takut dibilang durhaka.
Ingat mama, aku selalu mau berusaha.

Ingat mama, semoga upayaku tak sia-sia untuk buatnya bahagia.

Selamat hari ibu, mama.

17.12.11

Tidak Patah, Tapi Hilang

Malamku berat, bangunku telat.
Mataku sembab, nafasku sesak.
Aku terisak dari rindu yang tersendat.

Lagi sendiri.
Langkahku limbung, tak apa. Semua sudah kadung.
Jangan coba diulang, karena nanti malah usang.

Hari ini, hari baru.
Suasana baru, tapi tak seimbang. Entah kenapa, jangan dipaksa.
Bukan karena aku tak tahu, aku hanya belum ingin memberitahu.

Aku tidak sedang patah hati, karena aku tak kecewa.
Dan memang aku tidak sedang patah hati, karena aku tak marah.

Pagi ini, aku sadar. Aku sendiri. Iya memang hanya sendiri.
Pagi ini, aku sadar. Saat hirup dalam-dalam. Hatiku tak patah, tapi hilang.

16.12.11

Paranoid

01:57 pm. Jakarta.

Siang ini, kota ini ramai.
Siang ini, aku berharap damai.


Aku tersadar dari lelahku. Untung masih di Slipi, pikirku. Aku tak mau terlewat. Ya hari ini lelah. Aku terjaga semalaman, walau aku lelah. Aku menolak bermimpi, takut saat sadar tambah resah.

Aku jejakkan kaki di depan Pacific Place. Menimbang apa yang aku akan lihat tak akan semenarik dengan apa yang aku ingat. Aku acuhkan tempat ini berjalan menuju seberang. Aku tahu foto-foto di dalam punya memori tapi aku memilih untuk menulis memori.

Langkah demi langkah aku tapaki untuk keseberang. Lagu merdu tapi sendu tak sengaja didengar oleh hati yang rindu. Ya langkahku kembali rikuh saat melihat ke bawah tak ada langkah feminim di sebelahku.

Sampai di seberang, sampai di tempat aku biasa menerawang kenangan. Ya di tempat itu, aku kembali bertarung di bus kota. Jalanan di depanku padat, tapi tak seperti perjalanan ini yang kadang harus dibabat.

Akhirnya datang, aku duduk nyaman. Jangan khawatir, aku tahu yang pantas untuk ditunggu.


Adelaide Sky (Original - Free Download!) by adhitiasofyan

Doa Pagi

Pagi ini, semoga tidak lagi sulit.
Pagi ini, semoga bukan hanya mimpi.

Panas teriknya aku rasakan.
Dingin anginnya aku nikmati.

Tuhan, jika cinta itu ada.
Yakinkan aku bahwa itu nyata.

Bukan untuk membuat resah.
Tapi untuk helaan nafas bahagia.

Amin.

kali ini aku yang jaga malam.

tidur. aku harap tidurmu nyenyak malam ini.
biar aku terjaga. tak apa. biar aku siap menantang mentari.

jangan risau aku mohon. aku tidak lagi sakau.
aku hanya ingin lihat parasmu saat larut dalam mimpi.

bila kamu lihat aku terlelap. sentuh aku. jangan sungkan.
mataku kembali terjaga untuk selalu waspada.

semoga kamu mimpi indah.bila tidak pun tak apa.
karena kita harus kembali memekakan mata melihat realita.

15.12.11

untuk yang tercabik. (hari ini sadis)

kita terbangun, kemudian dibunuh.
kita berharap, kemudian dimatikan.
kita memohon, kemudian diacuhkan.

pencobaan. ya, hari ini pencobaan.

pencobaan untuk segala usaha.
pencobaan untuk segala doa.
pencobaan untuk segala tawa.

aku tahu bahwa ini sulit,
aku tahu bahwa ini sakit.
aku tahu bahwa ini pelik.

tapi matahari sudah berdarah dan senja akhirnya meratap.

ini bukan tentang aku.
ini bukan tentang kamu.
ini tentang kita sebagai manusia.

di sini kita hanya terdiam.
di sana mereka telah berdarah.
dan semua bungkam menahan amarah.

jangan tanya lagi mana benar, mana salah. karena kita memang tak punya itu.

kolaborasi malam

bersama agnes magdalena

jika takut, aku takkan terus menari.
ini tak ubahnya sebuah guratan kilat yang memaksa kita untuk melihat.

jika takut, aku takkan memainkan nada yang sama.
daripada nanti kamu muak mendengarkannya.

aku tersesat!
tapi tak ingin pulang!

ingin rasanya tetap di barisan belakang.
walau hanya diam, memandang kamu sebelum menghilang.

14.12.11

penyerahan

ya ini menakjubkan
ya ini menyenangkan

tapi ini bukan alasanku
tapi ini bukan maksudku

sederhana, aku hanya ingin berbagi.
berbagi apa? kalau bisa, semuanya.

6.12.11

aku di sini

aku tahu tidak buta
aku tahu bahwa ini nyata.


jangan kamu elakkan jika kamu sedang bergejolak. 
aku disini untuk menemani. sampai kapan? hanya kamu yang tahu apa kemauanmu.
ini aneh, ya janggal. aku pikir, di sini untuk berbagi. pikirmu apa?


tak elok jika terus berlarut. tapi aku tak kan mencoba untuk menghapus.
aku di sini tetap untuk menemani. sampai kapan? hanya kamu yang tahu.
kamu adalah ... abaikan. itu hanya... diabaikan saja. terima kasih.


lelahmu kamu bagi, aku tahu. maaf jika aku tidak mampu demikian.
aku di sini untuk menemani. sampai kapan? hanya kamu...
kamu bergejolak, aku tak kan menyusahkan. semoga.


aku tahu ini nyata dan aku di sini...

27.11.11

sedikit cerita tentang lentera





seminggu ini lentera menerangi banyak orang.
tapi hari ini usai, ya selesai.


berharap lenteranya tetap menyala, 
tidaklah muluk.





3.5.11

#justsaying 4 (di luar batas)





Banyak orang bisik ”sayang”
Tidak sedikit juga  yang menyebut ”cinta”
Tapi ini bukan keduanya.
Bentuk mereka membatasi, sedangkan ini tak punya batas.
Karena pikiran dan aksi ini tak memiliki garis.




29.4.11

tak selamanya kusam

Sejenak merona...
Sejenak merengut...
Jangan kusam...
Karena kamu tak pantas masam....

Aku di sini melihat,
Setitik indah paras dunia di tengah kotornya konflik kepentingan.
Aku di sini menikmati,
Riuhan wangi yang melegakan pikiran dari bobroknya jahilan adu domba.
Aku di sini terbuai,
Dengan merdunya melodi hawa yang bebas dari konstruksi kebrengsekan adam.

Walau hilang, tak akan muram
Karena keseimbangan tersebut telah ditemukan
Walau hilang, tak akan muram
Karena aku tergerus dengan iming-iming cita-cita
Walau hilang, tak akan muram
Karena diberikan senyuman anggun yang kekal


15.4.11

#justsaying 3

Kita termenung bukan terkungkung
Kita terbakar tak hanya berkelakar
Aku duduk mencari keheningan, mencoba sisi lain
Melahap keheningan air, menguras derasnya pikiran....

Sore ini aku berlari, berlomba dengan waktu, berhitung dengan materi, dan bercerita tentang pengalaman. Laparnya siang ditelan habis oleh seramnya malam. Kerlap-kerlip lampu menjadi hiasan latar belakang hantaran verbal.

Aku berbicara, namun melayang. Aku mendengar, justru mengawang. Sulit untuk menemukan secercah titik itu. Aku mencari, namun sulit melihat karena obat retina itu. Mencoba mengakali waktu agar menjadi tidak sia-sia. Percuma, karena hanya kata yang mampu dimanipulasi.

Percakapan tentang Tuhan, tak ubahnya  berbicara tentang konflik. Ini bukan proyeksi, tapi refleksi. Memanusiakan manusia kupikir lebih mulia daripada menuhankan pikiran. Cintaku pun sebuah keidealisan, bukan kesesatan.

Lelahnya mataku tak hanyut hilang dengan tetes mata. Karena aku merupakan reinkarnasi dari kehidupan yang tak kukenal.

3.4.11

.: perspektif lain :.

Maaf jika ini ternyata menyinggung orang banyak
Maaf jika ini ternyata melukai orang yang percaya
Maaf jika ini ternyata mengesampingkan orang yang memiliki
Aku bertanya tak bermaksud menantang
Aku berpeluh tak lagi sambil tersedu-sedu
Aku berkeluh tak juga sambil mengangkat pedang

Nada sendu ini mengawali refleksiku tentang kedamaian. Tentang keajaiban. Pikiran ini berseteru tegang dengan keyakinanku mengenai kepunyaan dan perbedaan. Yang satu itu dipertahankan juga diperebutkan. Siapa punya siapa? Pikirku. Siapa punya hak apa? Gelisahku.

Sejak awal kita berbeda, hanya saja kita tak pernah puas dengan perbedaan. Kita selalu mencari persamaan di dalam perbedaan itu. Terlalu serakah terhadap kepunyaan orang, membuat kita menjadi lebih kasar dan sadis. Terlalu naif melihat perbedaan, membuat kita semakin picik dan najis.

Aku tak mengerti kenapa diciptakan berbeda. Dan aku tak sanggup bila harus membayangkan jika aku diciptakan sama dengan orang di sebelahku. Apa dunia ini menjadi berwarna dan bermakna? Apa aku akan tahu mana terang mana gelap, jika mereka semua punya pikiran yang sama?

Kita terlalu takut untuk berbeda, karena kita tak pernah tahu mengapa huruf ”C” seperti ini dan kita juga tak pernah tahu kenapa warna darah itu merah. Tapi nyatanya memang kita berbeda. Memang pertanyaan-pertanyaan ini tak akan pernah usai dijawab, tapi apakah kita berani untuk bertanya?

Juga demikian kalau aku tak akan mencintai persamaan, karena entitas itu tumbuh karena perbedaan. Yang bertujuan untuk saling melengkapi dan menghargai satu sama lain.

19.3.11

Sebab - Akibat (terakhir)

Genggam erat yang terbaik,
hargai yang terindah,
mungkin kamu akan dapatkan
yang paling berharga dalam hidupmu.
Ini berangkat dari kesalahan,
ini berawal dari kekecewaan,
yang berujung dengan tangisan.
Tangisanmu sekarang tak kan jadi sia-sia.
Kekecewaanmu saat ini tak jadi percuma.
Karena kamu belajar untuk tidak acuh,
karena kamu belajar untuk melayani...
 -----------------------------------------------------------
Aku tak lagi cinta, namun tak berarti lupa.
Aku tak lagi tersenyum, tapi tetap terkagum.
Parasmu tak cukup cakap, namun terus tertangkap.
Aku tak lagi sendu, namun hanya rindu.
Iya, rindu. Aku benar rindu....

1.3.11

Ceritanya Cinta

Kita tidak bicara cinta, kita bicara realita. Jangan pula marah, kalau ternyata kalian memang goyah. Tak perlu kamu tangisi apa yang sudah kalian jalani. Cukup renungkan saja perbedaan yang ada, semoga kalian mampu belajar dari itu semua.


Lamanya bukan soal, karena ikatan ini tidak untuk amal. Perbedaan ini membuat aku dan kalian sadar, tapi tak akan pernah pudar.

Ini tentang realita yang tak sanggup kita tolak. Ini tentang cinta yang juga tidak sesaat. Resah hanya dapat kita terima, gundah pun jadi nyata.

Menjadi orang yang besar hati, tak akan mengecilkan untaian kasih. Menjadi orang yang tabah, memang bukan hasil dari keputusan yang gegabah. Aku di sini, berdiri, melihat orang-orang tegar yang terdiam karena api ikatannya padam.

Tak ada tangis, tak ada juga tarikan mengais. Tak ada teriakan, yang ada hanya kesunyian. Aku menyaksikan sebuah renungan tentang cinta yang kalah oleh realita.

27.2.11

VETERAN


Kembali bergelut, kembali kalut.
Ini bukan kali pertama, tapi layaknya perdana.
Aku tak kan jatuh lagi, aku tak kan cinta lagi.
Tak ada lagi kata percaya, karena takut diperdaya.
Aku ragu untuk maju, sebab trauma yang menggema.

6.2.11

cintapi


tak usah kamu janjikan sesuatu yang baik, karena aku tahu pasti mana yang benar.
tak perlu kamu kabarkan indahnya surga, karena aku tahu pasti buruknya neraka.

apakah cintamu hanya sebatas ambisi?
apakah sayangmu hanya sebatas mimpi?
apakah kasihmu hanya sebatas fiksi?

buang Tuhanmu jika ternyata Dia masih mengajarkan kebencian.
buang Tuhanmu jika ternyata Dia masih congkak menjadi hakim.
buang Tuhanmu jika ternyata Dia masih menjual janji palsu.
buang juga Tuhanmu jika Dia masih jadi alat pamungkas untuk menipu.

tak akan aku sangkal jika dunia ini kejam.
tak akan aku sangkal jika dunia ini jahanam seperti nabi-nabi palsu.
tapi kan ku bantah bila ragaku tak mampu berontak.
tapi kan ku bantah bila ayat-ayat ini menyesatkan manusia.

penghargaan hidupmu hanya sebatas uang semata, tak cukup untuk meratakan mata hati nurani.


#justsaying 2

Insomnia tak kunjung reda. Insomnia tak jadi masalah.
Geramannya tak harus kamu gubris, karena itu bentuk perhatian.

Malam ini, kita menikmati bulan. Malam ini, kita menantang dingin.
Tak usah pedulikan keanehan yang kita lakukan, karena ini ungkapan kesepian. Karena ini jeritan persahabatan.

Insomnia ini tak jadi masalah, walau kita tahu, matahari makin cemburu dengan hangatnya bintang.
Lelah kita ini bukan soal, walau kadang dalam bercakap kita membual .

Ini semua hanya ungkapan, yang kiranya tak tertangkap asa karam. Keseluruhan penuh harap tak hanya jadi semu.

24.1.11

#justsaying

Lelahku takkan pernah jadi lelahmu. Begitu juga dengan kesenanganku, takkan pernah jadi milikmu. Hidupku tak kunjung usai untuk berperang. Aku tak akan berhenti hingga benar benderang. Jangan berpikir, aku tak merindukan suaramu. Karena hanya itulah nafas yang kan kuingat.

Aku berusaha sendiri untuk coba berdiri tegak. Aku tak perlu Tuhanmu, karena takut menjadi pesakitan. Jangan paksa aku menyanyikan lagu puja-pujian untuk Sang Pencipta, kalau Dia sendiri tak dapat turun langsung memberikan mukjizat-Nya.

Jiwa mengawang ini, menyambut raga yang lelah. Pikirku melayang, menunggu sambutan. Aku tergerus dengan kesibukkan yang mematikan. Ini sungguh berbisa, karena telah mengalir di dalam darahku. Tak mampu aku hentikan. Karena aku hanya mampu redakan sejenak.

Hai kamu yang di sana! Aku ingin sekali mengaliri air mata ini. Melepas kejenuhan hati, meremukkan dendam yang masih mengakar. Namun dinginnya lantai ini, mampu membekukan keresahan jiwa ini. Jangan lagi paksa aku untuk terus meratap, karena mosaik ini sudah pasti mudah pecah.

Ahhh... Mataku lelah menerawang. Pikiranku lelah untuk menebak. Cukup! Aku tak kan lagi memotong. Karena ini bukan tentang keindahan. Ini tentang keindahan. Kamu bingung? Jangan! Ini ternyata memang hanya permainan realitas. Hanya yang punya kuasa, yang sanggup mengkostruksinya.

Kamu ingin sebuah kebaikan, aku punya penilaian. Aku seorang malaikat, bila kamu mampu meliuriku. Tak usah sungkan, karena hanya ini yang kucari. Sebuah kemasyuran, sebuah sanjungan. Aku tak butuh nada minormu, karena aku paling tahu bahwa kamu sangat mengharapkanku sungguh.

Cukup sudah aku menggeliatkan lidah dan pikiranku. Lelahku takkan pernah jadi lelahmu. Begitu juga dengan kesenanganku, takkan pernah jadi milikmu. Sebab aku tahu, kamu hanya menginginkannya, bukan untuk meraihnya. Salam hangat dariku yang juga demikian.