3.4.11

.: perspektif lain :.

Maaf jika ini ternyata menyinggung orang banyak
Maaf jika ini ternyata melukai orang yang percaya
Maaf jika ini ternyata mengesampingkan orang yang memiliki
Aku bertanya tak bermaksud menantang
Aku berpeluh tak lagi sambil tersedu-sedu
Aku berkeluh tak juga sambil mengangkat pedang

Nada sendu ini mengawali refleksiku tentang kedamaian. Tentang keajaiban. Pikiran ini berseteru tegang dengan keyakinanku mengenai kepunyaan dan perbedaan. Yang satu itu dipertahankan juga diperebutkan. Siapa punya siapa? Pikirku. Siapa punya hak apa? Gelisahku.

Sejak awal kita berbeda, hanya saja kita tak pernah puas dengan perbedaan. Kita selalu mencari persamaan di dalam perbedaan itu. Terlalu serakah terhadap kepunyaan orang, membuat kita menjadi lebih kasar dan sadis. Terlalu naif melihat perbedaan, membuat kita semakin picik dan najis.

Aku tak mengerti kenapa diciptakan berbeda. Dan aku tak sanggup bila harus membayangkan jika aku diciptakan sama dengan orang di sebelahku. Apa dunia ini menjadi berwarna dan bermakna? Apa aku akan tahu mana terang mana gelap, jika mereka semua punya pikiran yang sama?

Kita terlalu takut untuk berbeda, karena kita tak pernah tahu mengapa huruf ”C” seperti ini dan kita juga tak pernah tahu kenapa warna darah itu merah. Tapi nyatanya memang kita berbeda. Memang pertanyaan-pertanyaan ini tak akan pernah usai dijawab, tapi apakah kita berani untuk bertanya?

Juga demikian kalau aku tak akan mencintai persamaan, karena entitas itu tumbuh karena perbedaan. Yang bertujuan untuk saling melengkapi dan menghargai satu sama lain.

No comments: