Tangerang, 20 Mei 2010
Kepada 'Yang Terakhir'
Di tempat
Salam rindu,
Apa kabar Anda di sana? Saya harap Anda di sana baik-baik saja. Sebelum saya menyampaikan kalimat-kalimat yang tak dapat terangkum secara indah, saya ingin mengutarakan maksud dari surat ini.
Ehm.. Jujur saja, saya agak linglung saat menulis surat ini. Mudah-mudahan surat ini sampai kepada orang yang saya tuju. Sehingga kekikukkan saya ini dapat sedikit mencair dengan pemahaman orang yang saya tuju, tentang latar belakang munculnya ide ini. Oh ya, sebelumnya saya punya sedikit cerita tentang orang asing yang saya perhatikan perilakunya beberapa minggu ini. Kebetulan orang asing yang saya lihat ini adalah pejantan alias pria.
Beberapa hari ini, saya perhatikan, dia ’si orang asing’ itu sering berkutat dengan telepon genggamnya yang besar bak ulekan itu. Ehmm.. Bila menelusuri kehidupan sehari-harinya, saya dapat memastikan telpon genggamnya tidak digunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan dunia maya. Karena sepenglihatan Satelit Sok Tahu yang saya punya, dia dapat menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptopnya untuk sekedar berinteraksi dengan dunia maya. Jadi, saya dapat pastikan bahwa dia pasti sedang berinteraksi dengan orang lain yang berlainan tempat.
Prediksi saya yang kelewat sok tahu ini, diperkuat dengan lontaran beberapa temannya yang mengatakan bahwa, dia memang sedang dekat dengan seorang betina alias perempuan, yang berada di lain tempat. Saya lihat dia sudah mulai terlalu sibuk dengan alat komunikasinya, namun perubahan positif lain dimunculkan oleh dirinya dalam interaksinya dengan orang lain di sekitarnya.
Dimana sebelumnya, dia adalah seorang pribadi yang sinis, ketus, dan apatis terhadap kehidupan sekitarnya, bahkan kehidupannya sendiri. Hal itu berlangsung ketika dia merasa sakit hati terhadap orang yang dicintainya sebelumnya. Yang mana perempuan yang dicintainya tersebut tidak mampu menggunakan kesempatannya untuk dihormati secara lebih sebagai perempuan dan sebagai manusia. Kesinisan, keketusan dan keapatisan yang dia tunjukkan hanyalah sekadar reaksi dari aksi yang dilakukan perempuan yang dicintainya tersebut.
Namun kesinisan, keketusan, dan keapatisan tersebut perlahan memudar sejak dia memutuskan untuk menggerus kesakitannya dengan mencoba membuka pikiran dan hati terhadap makhluk ciptaan kedua Tuhan yang lain. Kemauannya untuk mencoba melihat hal tersebut, akhirnya tertambat pada sosok ceria yang cenderung sangat spontan sebagai pribadi.
Ada seorang temannya yang memberikan saya informasi, bahwa orang asing ini mengalami ketertarikan yang ada sekarang, bukan karena paras atau keceriaannya yang spontan. Namun dia melihat satu poin yang dicarinya, yaitu kejujuran. Kejujuran sang perempuan dalam mengungkapkan apa yang dia pikir dan rasakan, membuat dirinya terpacu untuk menghargai lebih lawan jenisnya tersebut. Baik itu melalui tindakan yang secara kasat mata maupun tidak. Entah itu perhatian atau doa yang selalu dipanjatkan tiap pagi.
Kecintaannya yang ditujukan perempuan pemalu tersebut, dibangun hari demi hari. Sehingga rasa memiliki satu sama lain pun muncul secara naluriah. Keinginan untuk saling menjaga satu sama lain dibangun bersama-sama dengan bahan dasar pengertian dan perhatian.
Sampai di satu hari, dia merasa tidak yakin dengan apa yang dia rasakan terhadap sang perempuan. Sampai di satu hari, orang asing ini pikir bahwa sebuah rasa memiliki yang timbul dalam dirinya terhadap sang perempuan tersebut dicerna sebagai suatu yang salah. Ketika dia mengira sang perempuan ternyata sudah, atau bahkan masih, dimiliki oleh orang lain yang, mungkin lebih normal sebagai manusia atau malah mungkin lebih segalanya dari pada dia.
Kegugupannya untuk menanyakan hal yang mengganggu tersebut kepada sang perempuan seperti menjadi bumerang tersendiri, ketika sang perempuan pun mengambil sikap di tengah kebingungannya juga. Di saat konflik ini terjadi, si orang asing tersebut hanya ingin memastikan keterikatan sang perempuan dengan pejantan yang lain. Apakah masih telihat simpul yang terikat kencang atau memang sudah tak terlihat simpul sama sekali yang menyatukan sang perempuan dengan pejantan lain? Namun dia hanya dapat berucap maaf mengenai apa yang dipikirkannya ...
Sedikit cerita kecil saya mengenai si orang asing yang akhirnya jatuh cinta lagi dan berharap ini yang terakhir. Sekali lagi maaf karena cerita ini terjabarkan panjang, karena ini bukan hanya sekadar cerita, namun ini adalah pengalaman.
Izinkan saya untuk meminta maaf sekali lagi, karena saya telah berulang kali menyakiti perasaan Anda. Izinkan saya meminta maaf, karena dia ’si orang asing’ tersebut adalah saya. Izinkan saya meminta maaf untuk yang terakhir kalinya, karena kecintaan saya yang akhirnya tumbuh terhadap diri Anda, sehingga ada rasa ingin untuk memiliki Anda. Padahal Anda sendiri tidaklah sendiri...
Sekali lagi maaf ....
Yang Meminta Maaf
Ivanhoe Fadeyka Novikov