31.12.10

akhirnya... (surat terakhir)

ini tentang waktu. waktu itu, tahun ini.


di hari ini, semua telah lebur menjadi pengalaman. 
semua keputusan telah terjadi dan menjadi hasil. 
jangan ungkap lagi umpatanmu, jangan pendam lagi dendammu.
tak akan ada habis, tak akan pernah usai walau tahun ini selesai.


sedihmu tak akan jadi sendu melulu, bahagiamu tak jua jadi tawa selamanya.
cobaan yang lalu adalah ujian. berkahmu sekarang adalah buahmu.
tak perlu waswas diri, karena yang kita butuhkan cukup mawas diri.
ceritamu adalah pelajaranku. pengalamanku adalah kekayaanku dan pasti kubagi denganmu.


maaf kalau lalu aku marah. terima kasih bila ternyata kamu pengasih.
aku mainkan kata untukmu yang malam ini sendu dan gelisah.
aku mainkan nada untukmu yang malam ini terlalu jemu.
aku mainkan muka untukmu yang malam ini butuh senyum.


akhirnya... 
waktu kita ini hampir usai. tapi kita tidak akan pernah mati.

16.12.10

Untuk Jiwa yang Lelah Akan Amarah

Kepada siapa aku harus berterimakasih ketika ada kerinduan?
Kepada siapa aku juga harus berterimakasih ketika ada senyuman?
Kepada siapa pula aku harus berterimakasih ketika ada cinta yang merenggut api amarahku?

Kerinduan, senyuman dan cinta yang nyata nan sejuk ini menjadi bumbu mutakhir untuk menenggelamkan raga ke alam ketidaksadaran.

Terimakasih untukmu yang sudi mengulangnya... 





4.12.10

Mungkin Suara Bang Iwan Lebih Didengar...

Sedikit nostalgia untuk pengkritik dan yang dikritik. Saya sebut nostalgia, karena pasti mereka sudah lebih dulu fasih dengan lagu kritikan yang berjudul ”Bongkar” dari Iwan Fals untuk penguasa orde baru dulu. Mungkin aneh bila sekarang, lagu ini malah ditujukan kepada mereka yang duduk di singgasana empuk penuh dengan tumpukan kewenangan.

Demikian juga saya sebut nostalgia bagi para pengkritik, bukan saja karena ini lagu lama. Namun  juga karena ini dapat menggambarkan bahwa bagaimana pada saat itu segala cara diupayakan dan diluncurkan oleh segenap elemen agar transparansi, keadilan dan segala tetek bengeknya yang tidak digubris tersebut dapat diwujudkan.

Sentilan kecil, di mana kami coba untuk meminjam suara Bang Iwan yang mungkin lebih nyaring sehingga mampu dengan jernih didengar. Karena yang kami dan kita tahu, bahwa kami hanya mampu mengungkapkan keresahan dan harapan. Semoga keresahan dan harapan kami dijawab dengan cinta.... 

BONGKAR – Iwan Fals

Kalau cinta sudah dibuang
Jangan harap keadilan akan datang
Kesedihan hanya tontonan
Bagi mereka yang diperbudak jabatan

 O, o, ya o ... ya o ... ya bongkar
O, o, ya o ... ya o ... ya bongkar

Sabar, sabar, sabar dan tunggu
Itu jawaban yang harus kami terima
Ternyata kita harus turun ke jalan
Robohkan setan yang berdiri mengangkang

Penindasan serta kesewenang-wenangan
Banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan
Hoi hentikan jangan diteruskan
Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan

O, o, ya o ... ya o ... ya bongkar
O, o, ya o ... ya o ... ya bongkar

Di jalan kami sandarkan cita-cita
Sebab di rumah tiada lagi yang bisa dipercaya
Orang tua pandanglah kami sebagai manusia
Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta

11.11.10

secarik kegetiran

ini aneh
ini menjijikkan
aku duduk glamor di tengah tangis ibu pertiwi

aku diam
aku meradang
di mana tiap mulut di sekitarku mengeluarkan desis umpatan yang siap menikammu dari belakang

mataku buta
mataku memicing
pandangan sinis menyambut siap menerkam gelagat bisuku

katakan cinta
dia menyebut dusta
sekarang ini makhluk paling sempurna cinta materi semata



5.11.10

Demi Sebuah Kehidupan

Gemuruhnya tak sampai menggetarkan kaki

Tingginya ombak tak pernah dapat dibayangkan mata

Derasnya air bah tak mampu ditahan sendiri

Namun aku di sini bergetar

Namun aku di sini berpanik

Namun aku di sini ketakutan

Bumi ini bergejolak untuk hidup

Bumi ini bertabrakan untuk merawat dirinya

Bumi ini beraktivitas untuk sesuatu yang lebih baik

Gemuruhnya adukan lava menggelisahkan hati

Kerasnya ombak menyapu pikiran ini

Derasnya banjir bandang itu merisaukan jiwa

Tanganku tak henti-hentinya mengepal karna gatal

Kakiku tak henti-hentinya berjejak karna gelisah

Telingaku tak henti-hentinya menguping karna risau

Aku tahu ini tak bisa kita tunda

Aku tahu ini tak bisa kita tahan

Aku tahu ini tak bisa kita tolak

Tapi satu hal yang pasti, ratusan tenaga siap menopangmu di sana

Tapi satu hal yang pasti, ribuan doa selalu siap menghapus ketakutanmu

Tapi satu hal yang pasti, jutaan dukungan terus mengalir dalam usaha untuk mempertahankan hidup



30.9.10

aku tergelitik

Siapa yang harus bertanggung jawab atas terjadinya sebuah keapatisan ini?
Siapa yang harus bertanggung jawab atas problematika ilmu yang ada?
Siapa yang harus bertanggung jawab atas kelicikan sumber ini?
Siapa yang harus bertanggung jawab atas kecemburuan yang terjadi akibat penindasan?
Siapa yang harus bertanggung jawab atas candu iman yang ternyata menyesatkan?

Yang ingin kugaris itu hanyalah coretan kecil kehidupan.
Kerinduan, kebingungan, kelelahan, dan kenikmatan menjadi satu adonan.
Aku rindu akan sebuah keseimbangan itu.
Aku bingung mencari sebuah hal yang hilang itu.
Aku lelah untuk memikirkan ini sendiri.
Namun aku nikmati sebuah waktu langka ini.


kembali menyapa

Apa kabar?
Lama tak berjumpa, lama tak menyapa.

Jangan pikir aku tak berpikir tentang jarak ini.
Keacuhanku tak berarti menutup telinga akan keadaan yang memekakan ini.
Ketidakpedulianku tak berarti menutup mata akan situasi tragis ini.
Terlalu banyak darah yang tumpah, terlalu amis udara ini.

Aku kembali untuk menyapa, aku kembali untuk mencari yang hilang.
Aku kembali dengan makna, aku kembali dengan senyum.
Nilamu bukan noda, tapi bukti bahwa kamu adalah manusia.
Jangan merasa bersalah, walaupun itu pantas.


3.7.10

tungku keabadian


tak pernah terpikir sedikit pun mengenai kesenangan
tak pernah terpikir sedikit pun mengenai kesedihan
tak pernah terpikir sedikit pun mengenai kekaguman
tak pernah terpikir sedikit pun mengenai penyesalan

ini bukan perihal surga
ini bukan perihal neraka
ini bukan perihal kesucian
ini bukan perihal kenestapaan

yang kulakukan adalah pilihan
yang kulakukan adalah penyerahan
yang kulakukan adalah kegembiraan
yang kulakukan hanya untuk keabadian

30.6.10

don't worry, this is a promise







I'm not going to disappear,
but I'll go for a reason.








mess.riot

mencari tapi bergeming
terlalu banyak pinta

jangan turuti nafsu
yang ada sekarang sedikit kesadaran

jangan mengambigu
jangan terjebak dengan kesederhanaan

karena tidak pernah putih
karena selalu bertempur

aku mati, atau tidak?
bukan jawaban, tidak juga pertanyaan?

ini permintaan dari benak
terlalu sulit, karena aku yang paham

29.6.10

'cause i'm a better man

I like confrontation
I am stubborn
I am an idealist
But, i'm the right one

I am not a saint

I am not a good person
I am an independent person
But,
i'm the right one

I am an explorer

I am a challenger victory

I hate the establishment
But,
i'm still the right one

20.6.10

Maaf

Saya punya daya seperti-Mu
Saya punya kuasa seperti-Mu

Siapa yang lebih lengkap daripada manusia?
Siapa yang lebih sempurna daripada manusia?

Kita ini punya segalanya
Kita ini punya kelebihan
Kita ini punya kekurangan

Apa yang Kamu punya?

Tidakkah Kau iri,
dengan kemampuan kami untuk berbuat salah?
Tidakkah Kau iri,
dengan kemampuan kamu untuk berucap maaf dan mohon ampun?
Tidakkah Kau iri,
dengan kemampuan kami untuk menghakimi sesama kami?
Tidakkah Kau iri,
dengan ketidakmampuan kami untuk memaafkan sesama kami?
Tidakkah Kau iri,
dengan keberagaman kami? sedangkan Kau hanya sendiri di sana?

10.6.10

Tulus

Siapa terang? Siapa gelap?

Jangan bicara cinta, kalau kamu jenuh.
Jangan bicara kasih, kalau kamu lelah.
Jangan bicara sayang, kalau kamu sedih.

Cinta itu tidak pernah jenuh.
Kasih itu tidak pernah lelah.
Sayang itu tidak pernah sedih.

Jiwa itu cintamu. Jiwa itu hatimu.
Tidak akan pernah putus, patah, dan retak sedikit pun,
jika jiwamu mengerti apa yang dijalani dan dihadapinya.

Karena kecewa yang kamu rasakan, tidak akan sebesar senyum kecil yang ada di wajah sendumu.

7.6.10

HIPOtermia

Pagi ini...

Tak mau terulang. Berhati, berasio.
Tak mau untuk digubris.

Pagi ini...

Jangan tanya tentang indahnya pelangi,
karena hari ini, mentari tidak berani membuka matanya.

Pagi ini...

Jangan tanya tentang hangatnya cinta,
karena dinginnya sang surya, aku hipotermia.


*Note:
Pembenaran dan kebenaran menjadi sesuatu hal yang sulit dibedakan.
Entah kenapa, pembenaran sangat dekat dengan kesalahan.
Entah kenapa, hal itu sangat intim dengan pandangan yang sempit.
Kebenaran tidak pernah dekat dengan kesalahan.
Karena keduanya mempunyai alasan jelas untuk membuat jarak.

6.6.10

Janji



kamu bukan punyaku, tapi kamu tulis aku

aku tidak punya kamu, tapi memiriskan rasa

janjiku selalu tersenyum,
janjiku selalu bahagia,
janjiku tidak ada tangis lagi,
untuk ikatan tak terlihat ini

cekikan ini masih membuatku bernafas
walau sinus ini cukup mengganggu
tapi tak apa, karena aku berjanji untuk selalu bahagia



20.5.10

Surat Permintaan

Tangerang, 20 Mei 2010

Kepada 'Yang Terakhir'

Di tempat

Salam rindu,

Apa kabar Anda di sana? Saya harap Anda di sana baik-baik saja. Sebelum saya menyampaikan kalimat-kalimat yang tak dapat terangkum secara indah, saya ingin mengutarakan maksud dari surat ini.

Ehm.. Jujur saja, saya agak linglung saat menulis surat ini. Mudah-mudahan surat ini sampai kepada orang yang saya tuju. Sehingga kekikukkan saya ini dapat sedikit mencair dengan pemahaman orang yang saya tuju, tentang latar belakang munculnya ide ini. Oh ya, sebelumnya saya punya sedikit cerita tentang orang asing yang saya perhatikan perilakunya beberapa minggu ini. Kebetulan orang asing yang saya lihat ini adalah pejantan alias pria.

Beberapa hari ini, saya perhatikan, dia ’si orang asing’ itu sering berkutat dengan telepon genggamnya yang besar bak ulekan itu. Ehmm.. Bila menelusuri kehidupan sehari-harinya, saya dapat memastikan telpon genggamnya tidak digunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan dunia maya. Karena sepenglihatan Satelit Sok Tahu yang saya punya, dia dapat menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptopnya untuk sekedar berinteraksi dengan dunia maya. Jadi, saya dapat pastikan bahwa dia pasti sedang berinteraksi dengan orang lain yang berlainan tempat.

Prediksi saya yang kelewat sok tahu ini, diperkuat dengan lontaran beberapa temannya yang mengatakan bahwa, dia memang sedang dekat dengan seorang betina alias perempuan, yang berada di lain tempat. Saya lihat dia sudah mulai terlalu sibuk dengan alat komunikasinya, namun perubahan positif lain dimunculkan oleh dirinya dalam interaksinya dengan orang lain di sekitarnya.

Dimana sebelumnya, dia adalah seorang pribadi yang sinis, ketus, dan apatis terhadap kehidupan sekitarnya, bahkan kehidupannya sendiri. Hal itu berlangsung ketika dia merasa sakit hati terhadap orang yang dicintainya sebelumnya. Yang mana perempuan yang dicintainya tersebut tidak mampu menggunakan kesempatannya untuk dihormati secara lebih sebagai perempuan dan sebagai manusia. Kesinisan, keketusan dan keapatisan yang dia tunjukkan hanyalah sekadar reaksi dari aksi yang dilakukan perempuan yang dicintainya tersebut.

Namun kesinisan, keketusan, dan keapatisan tersebut perlahan memudar sejak dia memutuskan untuk menggerus kesakitannya dengan mencoba membuka pikiran dan hati terhadap makhluk ciptaan kedua Tuhan yang lain. Kemauannya untuk mencoba melihat hal tersebut, akhirnya tertambat pada sosok ceria yang cenderung sangat spontan sebagai pribadi.

Ada seorang temannya yang memberikan saya informasi, bahwa orang asing ini mengalami ketertarikan yang ada sekarang, bukan karena paras atau keceriaannya yang spontan. Namun dia melihat satu poin yang dicarinya, yaitu kejujuran. Kejujuran sang perempuan dalam mengungkapkan apa yang dia pikir dan rasakan, membuat dirinya terpacu untuk menghargai lebih lawan jenisnya tersebut. Baik itu melalui tindakan yang secara kasat mata maupun tidak. Entah itu perhatian atau doa yang selalu dipanjatkan tiap pagi.

Kecintaannya yang ditujukan perempuan pemalu tersebut, dibangun hari demi hari. Sehingga rasa memiliki satu sama lain pun muncul secara naluriah. Keinginan untuk saling menjaga satu sama lain dibangun bersama-sama dengan bahan dasar pengertian dan perhatian.

Sampai di satu hari, dia merasa tidak yakin dengan apa yang dia rasakan terhadap sang perempuan. Sampai di satu hari, orang asing ini pikir bahwa sebuah rasa memiliki yang timbul dalam dirinya terhadap sang perempuan tersebut dicerna sebagai suatu yang salah. Ketika dia mengira sang perempuan ternyata sudah, atau bahkan masih, dimiliki oleh orang lain yang, mungkin lebih normal sebagai manusia atau malah mungkin lebih segalanya dari pada dia.

Kegugupannya untuk menanyakan hal yang mengganggu tersebut kepada sang perempuan seperti menjadi bumerang tersendiri, ketika sang perempuan pun mengambil sikap di tengah kebingungannya juga. Di saat konflik ini terjadi, si orang asing tersebut hanya ingin memastikan keterikatan sang perempuan dengan pejantan yang lain. Apakah masih telihat simpul yang terikat kencang atau memang sudah tak terlihat simpul sama sekali yang menyatukan sang perempuan dengan pejantan lain? Namun dia hanya dapat berucap maaf mengenai apa yang dipikirkannya ...

Sedikit cerita kecil saya mengenai si orang asing yang akhirnya jatuh cinta lagi dan berharap ini yang terakhir. Sekali lagi maaf karena cerita ini terjabarkan panjang, karena ini bukan hanya sekadar cerita, namun ini adalah pengalaman.

Izinkan saya untuk meminta maaf sekali lagi, karena saya telah berulang kali menyakiti perasaan Anda. Izinkan saya meminta maaf, karena dia ’si orang asing’ tersebut adalah saya. Izinkan saya meminta maaf untuk yang terakhir kalinya, karena kecintaan saya yang akhirnya tumbuh terhadap diri Anda, sehingga ada rasa ingin untuk memiliki Anda. Padahal Anda sendiri tidaklah sendiri...

Sekali lagi maaf ....

Yang Meminta Maaf



Ivanhoe Fadeyka Novikov

10.5.10

Terusik Kesadaran

Hidupmu itu belajar. Entah belajar untuk hidup atau hidup untuk belajar.

Jangan pernah sesalkan apa yang sudah terjadi namun tanyakanlah kepada dirimu tentang apa yang sudah terjadi. Bukan untuk ditangisi, tapi untuk sebuah pembelajaran.

Hidup ini butuh bekal.
Dan hanya kamu yang mampu mencukupi keperluanmu.
Hidup itu kadang butuh ketenangan.
Dan hanya kamu yang mampu membuat dirimu tenang.
Hidup juga merupakan pencarian.
Dan hanya kamu yang tahu apa yang kamu cari.

Kamu, mereka, kita, kalian, bahkan aku adalah pengalaman, adalah pemaknaan.
Saat kamu mengerti, kamu tidak akan pernah menyesal dengan semua yang telah kamu jalani.
Saat mereka mengerti, mereka tidak akan pernah menyesal dengan semua yang telah mereka kerjakan.
Saat kita mengerti, kita tidak akan pernah menyesal dengan semua yang telah kita miliki.
Saat kalian mengerti, kalian tidak akan pernah menyesal dengan semua yang telah kalian lihat.
Dan saat aku mengerti, aku tidak akan pernah menyesal dengan semua yang telah aku pikir, rasa, dan pahami.

6.5.10

untuk yang kutuju





inginku belum tergenggam

rinduku tak tersampaikan

aku diam hanya dalam tatapan
buku lupakan rinduku sejenak

sampai detik ini, aku lupa akan cacat
nila itu tidak merusak susuku

aku tetap melihat jernih, kagum
kamu kuharap demikian

singkat.
kuharap burung merpati menyampaikan rinduku.

-terimakasih-




3.5.10

Kemauan Jiwa

Memberi, memberi, dan memberi. Sekali lagi, hanya memberi.

Sulit. Keserakahan manusia selalu mengusahakan kepamrihan. Kepicikan manusia selalu mencari alasan pada tiap pemberian yang diterimanya. Kehausan akan sebuah ucapan "terima kasih", seakan - akan menjadi tolok ukur kepedulian manusia.

Mencapai titik dimana kita dapat hanya memberi dan memberi memerlukan sebuah kerendahan hati untuk melihat segala hal yang telah terjadi di dalam hidup kita. Mengaku taat beribadah, namun selalu lebih mudah melihat kesalahan orang lain dari pada diri sendiri. Bangga dengan agama yang tercatat di kartu pengenalnya, sehingga seolah - olah punya kuasa untuk menjadi hakim terhadap hidup sesamanya manusia. Memiliki tingkat intelektual tinggi, namun menjadi sombong sehingga mampu menyetir hidup orang dengan senyum liciknya.

Titik di mana sebuah pemberian bermakna hanya memang untuk memberi, memang tidak selalu memiliki alasan yang rasional untuk dimengerti oleh khalayak ramai. Ini pengalaman, ini pemahaman. Keirasionalan alasan dalam memberi yang bermakna hanya untuk memberi, telah membuat manusia yang melakukannya mencapai titik kebahagiaan yang sangat ingin dibaginya kepada orang lain.

Pemberian ini cinta, dan cinta ini merupakan sebuah panggilan. Tak ada tangisan saat melakukannya, yang ada hanya senyum bahagia, yang mampu memancarkan energi positif ke tiap sudut hati manusia yang ditemuinya. Sekali lagi, ini keajaiban. Tak bisa dinalar. Namun dapat dimengerti, saat Anda mencoba merasakannya.

17.4.10

Aku Pikir, Aku Mati.

Aku tidak menerka, aku memastikan.

Aku pikir ini tak akan berlangsung lama. Tak perlu bersemayam lebih lama di dalam daging ini. Daging ini liar, daging ini penuh nafsu. Aku tak bisa mengubah itu.

Aku pikir ini tak akan berlangsung lama. Aku mati oleh pikiranku sendiri. Karena aku pikir, aku yang paham tentang itu. Hal itu tidak akan memperalat raga ini, walaupun kadang membutakan nurani.

Aku pikir ini tak akan berlangsung lama. Pikiran, jiwa, dan raga ini ini hanya aku yang mengerti. Cinta ini tidak hanya untukku, meski hanya aku yang paham. Raga ini bukan hanya untukku, meski hanya aku yang mengerti. Jiwa ini jelas untuk sesamaku, meski hanya aku yang yang tahu.

Aku pikir ini tak akan berlangsung lama. Ragaku tak akan merasakan polusi dunia lebih lama. Tak berpikir pula untuk mencintai dunia ini untuk waktu yang lebih lama. Jiwa ini siap melepas semuanya.

Aku pikir, paling tidak 10 tahun lagi. Aku dibakar, aku memilih untuk jadi abu. Aku celaka oleh diriku sendiri atau orang lain, aku tak tahu. Tapi aku memilih untuk celaka oleh ideku.

Aku pikir, aku mati oleh pikiranku 10 tahun lagi.

16.4.10

Kesadaran Pagi

jangan bangun. jangan beranjak.
waktu akan berhenti sejenak.
statis.


jangan dilawan. jangan digubris.
biarkan rasio ini merajalela.

idealis.



bukan untuk dipertanyakan. bukan untuk dijawab.
cobalah rasakan kepenatan ini.

stagnan.



mata takkan menuli. telinga takkan membuta.
biarkan tangan berlari.

peka.



ini situasi. ini latihan. ini kepedulian. ini kemirisan. ini perlawanan. ini takkan berhenti.

22.3.10

i'm sick of the secrets



frightened frightened frightened frightened frightened frightened frightened
frightened frightened frightened frightened frightened frightened frightened frightened
frightened frightened frightened frightened frightened frightened
frightened frightened frightened frightened frightened frightened frightened
frightened frightened frightened frightened frightened frightened
frightened frightened frightened frightened frightened frightened frightened
frightened frightened frightened frightened frightened frightened
frightened frightened frightened frightened frightened frightened frightened frightened
frightened frightened frightened frightened frightened frightened frightened


"dan, Aku bahkan tidak mengenali Anda lagi..."

Saya egosentris, siapa peduli?
Saya berdiri sendiri, siapa peduli?
Saya bertengkar dengan Tuhan, siapa peduli?
Saya menghilang tak tahu arah, siapa peduli?

Yang Anda cari adalah keegoisan Anda.
Yang Anda terima adalah kebahagiaan Anda.
Yang Anda peluk adalah keinginan Anda.
Yang Anda tuju adalah Anda yang berada dalam diri manusia lain.

Apa itu keegoisan? Apa itu kepedulian?
Apa itu ketulusan? Apa itu kebahagiaan?

Jangan tanya saya yang sedang gelap mata.
Jangan tanya saya yang sedang kalap amarah.
Jangan tanya saya yang sedang mencari arah.
Jangan tanya saya yang sedang hilang pijakan.


"Akarku hilang pijakan ketika air bah ini terlanjur besar, pohon sedih ini mencari satu cacing yang dapat membantu meresapi kembali air-air kehidupan".

13.3.10

Izin

boleh saya bosan terhadap Anda?
boleh saya bosan terhadap rutinitas ini?
boleh saya berniat mencelakakan Anda?
walaupun Anda merupakan orang yang saya sanjung?

boleh saya bosan terhadap kebisingan ini?
boleh saya bosan untuk mempertahankan pertemanan yang penuh urat ini?
boleh saya berniat untuk menjadikan kalian musuh?
walaupun kalian telah memberikan warna juga, masihkan boleh?

boleh saya kembali mempertanyakan kembali maksud-Mu?
boleh saya kembali tak acuh terhadap-Mu, sebelum pertanyaan ini dijawab?
boleh saya kembali tak puas dengan kesewenangan-Mu terhadap hidup saya?
walaupun Kamu tak henti-hentinya memberikan nafas kehidupan kepada saya?

Sampai pada akhirnya ruang nyaman ini kembali terbangun kokoh, biarkan saya yang menjawab ini semua. Karena keegoisan ini menjadi obat yang paling mujarab dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berbau konfrontasi ini.

7.3.10

Satu Hal yang Saya Tahu

satu hal yang saya tahu
bahwa dunia ini begitu alot untuk diarungi oleh seorang diri

satu hal yang saya tahu
bahwa dunia ini sudah terjerembab ke dalam gelapnya materi

satu hal yang saya tahu
bahwa dunia ini begitu sukar untuk peduli terhadap sekitarnya

satu hal yang saya tahu
bahwa dunia ini tidak cukup kuat untuk melawan keserakahan

satu hal yang saya tahu
bahwa dunia ini tidak mengerti perbedaan dari eksplorasi dengan eksploitasi

satu hal yang saya tahu
bahwa dunia ini terlalu terlena dengan nafsu cinta

satu hal yang saya tahu
bahwa dunia ini sangat pamrih

satu hal yang saya tahu
bahwa dunia ini menutup matanya sangat rapat mengenai sebuah perbedaan

satu hal yang saya tahu
bahwa dunia ini terlalu gila terhadap penghargaan

dan satu hal yang saya tahu
bahwa dunia ini merupakan hal yang independen namun memiliki interpedensi yang kuat terhadap nafsu menguasai yang merupakan efek dari konglomerasi...

20.2.10

Surat dari Kurir

Kelapa Dua, 20 Februari 2010


Kepada 'Yang Terkasih'

di tempat.



Salam Hangat,

Apa kabar? Saya berharap Anda selalu baik-baik saja di setiap detiknya. Surat ini saya kirimkan kepada Anda dengan maksud untuk menceritakan sesuatu hal yang sifatnya rahasia – yang mungkin sepele menurut Anda – mengenai seorang teman saya. Saya harap Anda bersedia menyempatkan sedikit waktu untuk membaca surat ini.

Seorang teman saya ini, menurut saya, agak mengalami gangguan kejiwaan (bagian ini tolong jangan diberitahu ke yang bersangkutan :D). Karena sejak pagi-pagi buta hari Jumat, 19 Februari 2010 lalu, dia agak sulit bernapas lega. Menurut pengakuan dia, hal tersebut disebabkan karena pertanda yang berhubungan dengan Anda.

Yang mana, dia merasa waktunya untuk menaruh rasa terhadap Anda akan disudahi. Entah oleh siapa dan mengapa. Maka dari itu melalui surat ini, saya sebagai temannya, hanya ingin menyampaikan sedikitnya dua pesan dari dia untuk Anda.

Pertama, dia ingin meminta maaf terhadap kelakuannya selama ini terhadap Anda. Entah itu melalui short message service, telepon, maupun saat bertatap muka dengan Anda. Kelakuan yang sifatnya mengganggu kehidupan Anda, sehingga dia pun tidak kaget bila Anda merasa risih yang kemudian memilih untuk menghindar darinya. Dia juga ingin meminta maaf karena seringkali, dia membuat jengkel dan marah Anda sehingga tidak jarang Anda memakinya.

Menurutnya, hal-hal tersebut dilakukan bukan bermaksud untuk menggangu, tetapi itu merupakan sekadar pilihannya agar dapat berhubungan dengan Anda. Menurut saya pribadi, ini hal yang aneh, tapi dia memang mempunyai cara yang unik untuk memberitahu secara simbolik mengenai kecintaannya terhadap Anda. Ya! Dia sangat mencintai Anda, dan juga meminta maaf bila kecintaannya sangat mengusik kehidupan Anda.

Yang kedua, merupakan sebuah ucapan terima kasih yang ditujukan terhadap Anda. Dia berterima kasih kepada Tuhan karena pada akhirnya mengerti maksud dari pertemuannya dengan Anda. Mungkin pertemuannya dengan Anda merupakan jawaban doa kecilnya yang dulu pernah dimohonkan kepada Tuhan. Sempat dia bercerita kepada saya mengenai doa kecilnya itu.

Dulu ia pernah memohon kepada Tuhan agar dibantu dalam mengatasi keegoisannya sebagai manusia. Dan seiring perjalanan waktu yang agak menguras kesabaran, akhirnya, tepatnya dua minggu sebelum natal, dia seperti menemukan maksud pertemuannya dengan Anda. Maka sejak itu pula yang dirasakan oleh teman saya, yang kepala batu itu, termodifikasi seutuhnya.

Maksudnya, cinta yang dipahaminya sekarang bukan suatu pamrih, namun merupakan suatu pilihan bebas untuk itu. Sejak itu, dia tidak pernah lagi mengharapkan sikap setuju dari Anda terhadap kecintaan dia terhadap Anda. Tidak pernah lagi berharap bahwa Anda akan melakukan hal yang sama terhadap dirinya. Melainkan, dia memaknai apa yang dia rasakan sebagai sesuatu kesempatan untuk memberi dan memberi. Sehingga bila nanti ada keajaiban di suatu waktu, Anda melakukan hal yang sama terhadap teman saya, seperti yang ia lakukan terhadap Anda, dia berharap itu merupakan hasil kehendak bebas Anda bukan karena balas budi atau apa pun. Selain itu, dia juga berpesan kepada saya, bahwa dia tidak pernah terlalu banyak berharap Anda dapat mengerti apa yang selama ini dilakukannya terhadap Anda. Karena dia melakukannya tulus dan gembira. Dan menurutnya hal ini merupakan yang pertama kali dia rasakan.

Ya, demikian pesan dari teman saya, yang pemalu dan penakut untuk urusan ini, sudah saya sampaikan seluruhnya kepada Anda. Sebelum mengakhiri surat ini, saya ingin memperkenalkan diri karena di awal surat saya lupa memberitahukan kepada Anda. Nama saya, Ivanhoe Fadeyka Novikov. Sedangkan nama teman saya yang menaruh rasa kepada Anda ialah Ivanhoe Fadeyka Novikov.

Maaf ya, karena sekali lagi Anda menghadapi perilaku aneh saya ini. Saya harus menyampaikan hal ini kepada Anda melalui cara seperti ini, karena saya pikir ini merupakan cara termudah untuk mengungkapkan hal tersebut. Untuk semuanya, saya ucapkan terima kasih.


Yang selalu menghantui Anda,



Ivanhoe Fadeyka Novikov

Semoga Tuhan berkenan ...

Semoga Tuhan berkenan...

Aku berharap Tuhan berkenan, dan kamu pun demikian...

Ini sulit untuk diungkapkan, tapi aku percaya kamu dapat mengerti walau sulit. Karena aku percaya Tuhan akan memperkenankan hal ini.

Maaf kalau bertele-tele, karena aku tak mempunyai kosakata yang cukup untuk menjelaskan hal yang irasional ini. Ketakutan akan kehilanganmu merupakan bukti sebuah kecintaan yang tak terhingga.

Jangan selalu merasa bersalah di saat melihat mukaku mulai berlipat kusam dan muram durjana. Ini hanya kamuflase dari kegembiraan atas suka cita ini.

Jangan pula selalu merasa bersalah ketika menyikapi ’teror’-ku. Karena aku bahagia dengan kemiskinan yang selalu membuat jiwa ini tersenyum.

Tak ada kata-kata yang pantas untuk mewakili anugerah yang datang terhadapku ini. Aku tidak peduli bila pilihannya untuk mencintai orang lain. Karena, sejak awal, dia merupakan hasil dari pilihan bebasku untuk mencurahkan cinta ini.